Tangerang-Kabarmetro. co
393 tahun bagi sebagian orang, angka ini mungkin terdengar seperti sekadar hitungan waktu. Namun bagi Kabupaten Tangerang, usia ini menandai perjalanan panjang, penuh dinamika, tantangan, dan tentunya, peluang dari sebuah wilayah agraris yang tenang hingga menjadi salah satu daerah penyangga Metropolitan terbesar di Indonesia, Tangerang telah menyulam berbagai cerita kehidupan masyarakatnya, hingga kini, menjadi cermin bagi proses pembangunan yang terus berjalan.
( kamis 09/10/2025 )
Bersyukur atas Perjalanan Panjang mari kita tarik napas sejenak dan bersyukur, bersyukur bukan hanya karena Tangerang bertambah umur, tapi juga karena kita masih punya banyak cerita manis di balik tantangan. Dari zaman penjajahan hingga modernisasi, Tangerang terus bergerak krisis ekonomi global, harga-harga yang naik, hingga anggaran yang harus dikelola secara efisien, semua itu bikin kepala pusing.
Tapi lihat, masyarakatnya tetap kreatif, pedagang tetap buka warung, pelaku UMKM tetap inovatif—ini semua alasan untuk bersyukur, Lebih dari itu, setiap kesulitan menyisakan harapan: peluang baru muncul, ide-ide segar lahir, dan semangat untuk terus maju tidak pernah padam. Bersyukur memberi kita perspektif, dan perspektif itu menumbuhkan harapan di tengah tantangan.
Berkarya di Tengah Tantangan Ekonomi global bukanlah cerita yang jauh dari kita, Fluktuasi harga komoditas, inflasi, hingga ketidakpastian investasi dunia turut mempengaruhi kehidupan warga Tangerang. Namun, di sinilah semangat berkarya menjadi penting berkarya berarti memanfaatkan potensi lokal: UMKM, industri kreatif, pertanian urban, hingga inovasi teknologi. Pemerintah daerah pun diharapkan efisien—menyusun program pembangunan yang tepat sasaran, memaksimalkan anggaran, dan mendorong kolaborasi lintas sektor.
Berkarya di era modern bukan hanya soal produksi ekonomi, tetapi juga inovasi sosial. Contohnya, komunitas lokal yang mengembangkan ekonomi kreatif sambil menjaga budaya dan lingkungan. Ini adalah bukti bahwa warga Tangerang mampu beradaptasi, tetap produktif, dan menciptakan kesejahteraan meski tekanan ekonomi global terasa nyata.
Berdaya melalui Kolaborasi menjadi benang merah dalam perjalanan Tangerang. Efisiensi negara bukan berarti pemerintah bekerja sendiri; justru, kolaborasi dengan masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan komunitas kreatif menjadi kunci. Misalnya, program pemberdayaan UMKM yang melibatkan perbankan, pemerintah, dan pelaku usaha lokal. Atau pengembangan infrastruktur yang mempertimbangkan aspirasi warga sekaligus mengundang investor untuk berkontribusi.
Refleksi untuk Masa Depan 393 tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk merenung. Tangerang bukan hanya soal angka statistik atau pertumbuhan ekonomi, tetapi juga soal kualitas hidup masyarakatnya. Bersyukur, berkarya, dan berdaya menjadi tiga pilar yang saling terkait. Bersyukur memberi kita perspektif, berkarya menggerakkan kita, dan berdaya memungkinkan kita membangun kesejahteraan yang inklusif.
Ke depan, Tangerang harus terus menanam benih kolaborasi. Dunia berubah cepat, ekonomi global terus menuntut efisiensi, dan masyarakat mengharapkan layanan publik yang lebih baik.
Tangerang yang terus berkolaborasi, memberdayakan warganya, dan mendorong inovasi lokal akan mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Kesejahteraan bukan sekadar target, tetapi proses berkelanjutan yang memerlukan sinergi semua pihak.
Momen 393 tahun ini bukan hanya refleksi, tetapi ajakan untuk bergerak. Mari bersyukur atas sejarah yang telah dilalui, berkarya untuk hari ini, dan berdaya untuk masa depan. Dengan kolaborasi, Tangerang dapat terus menyulam kesejahteraan yang nyata bagi seluruh warganya, menapaki jalan menuju kemajuan yang inklusif dan berkelanjutan.
( Selamat ulang tahun kabupaten tangerang yang ke 393.)
( Rin)