CIPINANGKabarmetro.co

Batik hasil karya warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang kembali membuktikan kualitasnya di kancah internasional. Dalam _2nd ASEAN Regional Correctional Conference_ (ARCC), yang digelar di Palawan, Philipina, batik hasil pembinaan di Lapas Cipinang dikenakan oleh delegasi Indonesia. Keberhasilan ini mencerminkan program pembinaan kemandirian yang tidak hanya menghasilkan produk berkualitas tinggi dan bernilai seni, tetapi juga memperkuat citra positif pemasyarakatan Indonesia, Minggu (16/2).

Konferensi yang berlangsung pada 14–16 Februari 2025 ini mempertemukan para pemimpin pemasyarakatan dari 10 negara ASEAN serta organisasi internasional dengan tema _“Weaving the ASEAN Regional Corrections Identity: Co-creating a Shared Vision of Transformation”_ . Keikutsertaan batik Lapas Cipinang dalam forum ini menjadi bukti bahwa hasil pembinaan pemasyarakatan memiliki nilai ekonomi, estetika, serta pesan kuat tentang transformasi dan rehabilitasi warga binaan.

Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Wachid Wibowo, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini. “Kehadiran batik karya warga binaan di forum internasional ini menunjukkan bahwa pembinaan di Lapas Cipinang bukan sekadar rehabilitasi, tetapi juga memberdayakan mereka dengan keterampilan bernilai tinggi. Ini adalah wujud nyata dari pemasyarakatan yang lebih manusiawi dan produktif,” ujar Wachid.

Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi dan Kerja Sama Pemasyarakatan, Maulidi Hilal, turut mengapresiasi program pembinaan yang dilakukan di Lapas Cipinang. “Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa sistem pemasyarakatan Indonesia semakin progresif dan berorientasi pada pemberdayaan. Produk seperti batik ini tidak hanya membekali warga binaan dengan keterampilan, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang dapat mereka manfaatkan setelah bebas,” ungkapnya.

Bagi warga binaan, kesempatan ini menjadi motivasi besar untuk terus berkarya. Danil Ismanto, salah satu peserta program membatik, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya.

“Saya tidak menyangka bahwa batik yang saya dan teman-teman buat bisa dikenakan di acara besar seperti ini. Ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus belajar dan membuktikan bahwa kami bisa berubah menjadi lebih baik,” katanya.

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, semakin memperkuat program pembinaan berbasis keterampilan dan kewirausahaan di Lapas Cipinang. Batik yang dikenakan dalam ARCC 2025 ini bukan sekadar busana, tetapi simbol transformasi, rehabilitasi, dan harapan. Ke depan, diharapkan program serupa terus berkembang, memberikan manfaat lebih luas bagi warga binaan, serta memperkokoh posisi Indonesia sebagai pelopor reformasi pemasyarakatan di tingkat internasional.( Ragil).

Reporter: mesuji