Tangerang-KabarMetro. co
Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) Universitas Perjuangan Indonesia (UNIPI) yang berlangsung selama dua hari pada 18–19 Desember kemarin seharusnya menjadi pesta demokrasi yang edukatif. Tahun ini, kontestasi perebutan kursi Presiden Mahasiswa (Presma) diikuti oleh tiga pasangan calon (paslon) yang membawa visi besar bagi kampus.
Setelah melalui proses pemungutan suara yang cukup alot, pasangan calon nomor urut 03, Kurnia Wijaya dan Elva Risi, resmi dinyatakan sebagai pemenang berdasarkan hasil perhitungan suara akhir. Namun, kemenangan ini menyisakan catatan kritis mengenai etika berorganisasi di lingkungan kampus.
*Dinamika Pasca-Perhitungan: Antara Debat dan Anarki*
Pada mulanya, proses pemungutan suara berjalan dengan lancar dan kondusif. Ketegangan baru mulai memuncak saat tahap perhitungan suara usai. Perdebatan antar-pendukung atau rasa tidak puas dari pihak yang kalah sebenarnya adalah hal yang wajar dalam alam demokrasi. Namun, sangat disayangkan perdebatan tersebut dinodai oleh tindakan yang tidak suportif.
Salah satu saksi dari paslon yang kalah menunjukkan sikap tidak terpuji dengan menolak menandatangani berita acara dan justru merobek dokumen tersebut yang telah disusun oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM). Tindakan destruktif ini bukan hanya bentuk ketidaksiapan untuk kalah, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap kerja keras panitia penyelenggara.
*Campur Tangan Senior: Preseden Buruk Demokrasi Kampus*
Hal yang lebih memprihatinkan adalah munculnya intervensi dari oknum alumni atau senior yang sudah tidak berstatus mahasiswa aktif. Oknum tersebut turun langsung ke forum, menyudutkan pihak KPUM, dan berusaha mengintervensi hasil keputusan.
Sikap ini jelas tidak sehat. Dalam dunia organisasi, kita mengenal pepatah:
“Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya.”
Slogan ini bukan sekadar kalimat puitis, melainkan prinsip regenerasi yang harus dihormati.
Senior seharusnya berperan sebagai pembimbing yang memantau dari kejauhan, bukan justru turun ke gelanggang untuk merendahkan martabatnya sendiri dengan mengacak-acak forum yang bukan lagi haknya. Ketika sosok yang sudah lewat masanya masih memaksakan kehendak di forum mahasiswa aktif, hal itu justru mencederai proses pendewasaan mahasiswa dalam berorganisasi.
*Babak Baru BEM UNIPI*
Meski diwarnai drama dan konflik, keputusan KPUM bersifat final. Pemira telah usai, dan pasangan nomor urut 03, Kurnia Wijaya dan Elva Risi, telah sah ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa terpilih.
Kini, tugas besar menanti mereka di depan mata. Penulis mengucapkan selamat atas amanah yang diemban. Semoga Kurnia dan Elva mampu membawa perubahan nyata, merangkul kembali semua pihak yang sempat terpecah, dan memimpin BEM UNIPI dengan integritas selama satu periode ke depan.
Penulis
Pirli Wijaya (Mahasiswa unipi)
( Rin)












