Kabarmetro.co, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang kembali menghadirkan pembinaan kepribadian yang memadukan unsur spiritualitas dan kreativitas yang merupakan wujud dari pembinaan di dalam Lapas.
Dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak 2569 BE, para Warga Binaan beragama Buddha tidak hanya mengikuti kegiatan keagamaan, tetapi juga dilibatkan secara aktif dalam pelatihan pembuatan hiasan teratai sebagai bagian dari pembinaan Kepribadian untuk meningkatkan spiritual yang bermakna dan keterampilan yang membangun kemandirian.
Kepala Lapas (Kalapas) Kelas I Cipinang, Wachid Wibowo, menegaskan bahwa pembinaan di Lapas Cipinang tidak hanya berorientasi pada kedisiplinan, tetapi juga membentuk karakter dan memperkuat nilai-nilai batin.
“Pembuatan hiasan teratai ini bukan sekadar aktivitas kerajinan tangan, melainkan bagian dari proses refleksi diri. Kami ingin menyentuh kesadaran terdalam Warga Binaan, menumbuhkan semangat untuk berubah, dan memberi mereka ruang untuk mengenal potensi diri secara lebih utuh,” tegasnya, Selasa (13/5).
Dalam kegiatan ini, sebanyak 400 hiasan teratai berhasil dirangkai oleh tangan-tangan terampil para Warga Binaan. Dengan bahan sederhana seperti kawat bulu dan kertas warna, mereka membentuk bunga teratai—simbol kesucian, ketekunan, dan harapan dalam ajaran Buddha. Proses kreatif ini tidak hanya melatih keterampilan tangan, tetapi juga menjadi sarana untuk menumbuhkan kesabaran, ketelitian, serta ketenangan jiwa di tengah suasana menjalani masa pidana.
Hiasan-hiasan tersebut kemudian dikirim dan dipasang di Wihara Saung Paramita, Ciapus – Bogor, dalam rangkaian perayaan Hari Raya Waisak yang jatuh pada Senin (12/5). Keindahan karya para Warga Binaan berhasil memukau umat Buddha yang hadir, menjadikan hiasan teratai sebagai simbol transformasi diri: bahwa di balik jeruji dan keterbatasan, cahaya harapan tetap dapat menyala.
Iwan Setiawan, Kepala Bidang Pembinaan, menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari pembinaan terintegrasi yang menggabungkan keterampilan praktis dengan penguatan karakter.
“Lewat proses kreatif ini, Warga Binaan belajar untuk berdamai dengan masa lalu, membangun harapan, dan mempersiapkan masa depan dengan lebih positif. Setiap karya yang dihasilkan adalah wujud dari proses pemulihan diri,” jelasnya.
Salah satu peserta kegiatan, ED (44 tahun) Warga Binaan kasus narkotika, mengungkapkan pengalaman batinnya selama mengikuti pelatihan ini. “Membuat hiasan teratai mengajarkan saya banyak hal—tentang kesabaran, ketenangan, dan harapan. Dari masa lalu yang kelam, saya belajar bahwa masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri dan menciptakan sesuatu yang berarti,” ucapnya.
Dengan pembinaan kepribadian yang menyentuh aspek spiritual dan emosional, Lapas Kelas I Cipinang menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan pendekatan pemasyarakatan yang humanis, inklusif, dan transformatif—mendorong setiap individu untuk bertumbuh, berubah, dan kembali menjadi bagian yang berdaya dalam masyarakat. ( Ragil).