Banjarmasin, Kabarmetro.co —
Di balik bising suara gergaji kayu, debu serbuk halus, dan aroma cat pelitur, bengkel kerja mebel Lapas Banjarmasin berdiri menjadi saksi pembinaan kemandirian yang terus digerakkan oleh Suratno, Kasubsi Sarana Kerja.
Di bengkel ini, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tampak tekun merakit meja, kursi, lemari, dan berbagai produk mebel lainnya. Semua proses mulai dari pengukuran, pemotongan kayu, perakitan, penghalusan, hingga finishing, dilakukan di bawah bimbingan Suratno yang tak pernah bosan mengawasi jalannya kegiatan.
“Banyak dari mereka dulunya tukang kayu, tukang mebel. Di sini, kita rawat lagi keahliannya supaya tidak hilang, bahkan kita kembangkan,” ujar Suratno, sambil memeriksa hasil kerja WBP.
Bagi Suratno, membina di bengkel mebel bukan hanya soal menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga membangun mental kerja, tanggung jawab, dan rasa bangga pada hasil karya sendiri. Tiap potongan kayu yang dibentuk menjadi kursi atau lemari, punya nilai yang jauh lebih besar: kepercayaan diri.
Produk mebel hasil tangan WBP pun bukan sekadar pajangan. Banyak di antaranya digunakan di dalam Lapas, mulai dari kursi ruang kunjungan, meja kantor, hingga rak di perpustakaan. Sebagian juga dipamerkan pada kegiatan pameran karya WBP, sebagai bukti nyata bahwa pembinaan keterampilan benar-benar berjalan.
“Harapan kami, ketika bebas nanti mereka bisa buka usaha mebel sendiri, atau kerja di bengkel mebel. Yang penting, mereka pulang punya skill dan mental kerja,” tambah Suratno.
Lewat pembinaan di bengkel mebel, Suratno ingin memastikan bahwa setiap WBP punya peluang merajut masa depan yang lebih baik. Karena di balik jeruji, selalu ada harapan asalkan keinginan untuk berubah tetap dijaga. (Humas Lapas Banjarmasin)
