Banjarmasin, Kabarmetro.co –
Sebanyak 129 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Banjarmasin mengikuti kegiatan Pembukaan Program Pendidikan Kesetaraan yang digelar di Aula Lapas Banjarmasin, Senin (10/11). Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kalimantan Selatan, Mulyadi.
Dari total 129 WBP yang mengikuti program pendidikan kesetaraan ini, sebanyak 45 orang mengikuti program Paket A, 43 orang Paket B, dan 41 orang Paket C. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama antara Lapas Kelas IIA Banjarmasin dengan PKBM Azzahra, dan dihadiri oleh Kalapas Akhmad Herriansyah beserta jajaran pejabat struktural, serta para peserta didik WBP.
Sebagai bentuk simbolis dimulainya kegiatan belajar, Kakanwil Ditjenpas Kalsel Mulyadi, Kalapas Akhmad Herriansyah, dan Kepala PKBM Azzahra Rachmi Utari, S.Pd, mengalungkan ID card dan menyerahkan alat tulis kepada perwakilan peserta didik. Momen tersebut disambut hangat dan penuh semangat oleh seluruh peserta yang hadir di aula.
Dalam sambutannya, Kakanwil Mulyadi menekankan bahwa pendidikan di Lapas adalah bagian penting dari proses pembinaan moral dan karakter.
“Pendidikan di Lapas bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga bagian penting dari pembentukan karakter dan kesadaran moral. Melalui pendidikan, kita menanamkan nilai tanggung jawab, disiplin, dan kepercayaan diri. Inilah bekal yang dibutuhkan Warga Binaan untuk kembali berperan positif di masyarakat,” ujar Mulyadi.
Kalapas Kelas IIA Banjarmasin, Akhmad Herriansyah, menegaskan bahwa program pendidikan kesetaraan ini merupakan bentuk nyata perhatian terhadap masa depan Warga Binaan.
“Program ini akan menjadi bekal bagi mereka di masa depan. Ada WBP yang bahkan belum lulus sekolah dasar, dan ini menjadi atensi kami agar mereka memiliki pendidikan yang baik serta kesempatan untuk memperbaiki diri,” ujar Kalapas.
Sementara itu, Rachmi Utari, S.Pd, selaku Kepala PKBM Azzahra, menyampaikan kebanggaannya dapat berkolaborasi dalam pembinaan di lingkungan pemasyarakatan.
“Kami bangga dapat berkontribusi dalam proses pembinaan ini. Setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan untuk berubah dan pendidikan adalah jalan terbaik untuk membuka masa depan yang baru,” tuturnya dengan penuh empati.
Program pendidikan kesetaraan ini menjadi cahaya baru bagi warga binaan, membuka jalan bagi mereka untuk menulis ulang masa depan dengan ilmu pengetahuan, kedisiplinan, dan harapan. Di balik dinding yang membatasi, semangat belajar mereka justru tumbuh dan menyala, menandakan bahwa pendidikan memang tak mengenal ruang dan waktu. (Humas Lapas Kelas IIA Banjarmasin)












