Banjarmasin, Kabarmetro.co —
Suasana ruang kunjungan Lapas Kelas IIA Banjarmasin, Senin, 9 Juni 2025, terasa lebih hangat dari biasanya. Di antara para pengunjung yang datang silih berganti, tampak sosok seorang ibu dengan tatapan teduh dan senyum lembut—namanya Ibu Ika. Seperti hari-hari sebelumnya, ia kembali datang menjenguk sang suami yang sedang menjalani pembinaan sebagai warga binaan.
Namun kali ini terasa berbeda. Momen pasca Iduladha membawa nuansa haru yang lebih dalam. Ibu Ika datang bersama orang tuanya dan sang anak, membawa beberapa makanan spesial yang ia siapkan sendiri dari rumah.
“Meski tidak bisa merayakan bersama di rumah, saya ingin suami tetap bisa mencicipi masakan lebaran. Setidaknya, ia tahu bahwa kami tetap mengingat dan menyayanginya,” tutur Ibu Ika dengan suara yang penuh kehangatan.
Makanan yang ia bawa bukan sekadar hidangan, tapi simbol cinta dan kerinduan. Bagi Ibu Ika, kunjungan ke lapas bukan hanya rutinitas, tetapi juga bentuk nyata dari kesetiaan dan dukungan dalam menjalani ujian kehidupan.
Tahun ini, Ibu Ika juga sempat menunaikan ibadah kurban sebagai bentuk rasa syukur atas kesehatan dan kekuatan yang masih diberikan kepadanya.
“Saya berharap keberkahan kurban ini juga bisa sampai kepada suami, agar ia selalu diberi ketabahan dan harapan selama di sini,” tambahnya.
Kalapas Kelas IIA Banjarmasin, Akhmad Herriansyah, menyambut baik semangat dari para keluarga warga binaan yang terus menjaga komunikasi dan kasih sayang dengan para penghuni lapas.
“Peran keluarga sangat penting dalam proses pembinaan. Dukungan moral seperti ini bisa menjadi kekuatan luar biasa bagi warga binaan untuk berubah dan mempersiapkan diri kembali ke masyarakat,” ujar Kalapas.
Kisah Ibu Ika adalah satu dari banyak cerita yang terjadi di balik tembok Lapas Banjarmasin. Sebuah cerita tentang cinta, kesetiaan, dan harapan yang tak pernah padam—bahkan di tengah keterbatasan. (red)