Pemalang,Kabarmetro.co-Bulan Ramadhan sudah memasuki hari ke -25 pada Selasa 25 Maret 2025 ini, beberapa pedagang makanan khas tradisional kue cukit,yaitu sejenis makanan mirip kue apem di Pemalang mulai bermunculan, mereka tidak hanya berjualan, akan tetapi membawa tradisi unik yang lekat yang sudah menjadi tradisi puluhan tahun lamanya di kalangan warga masyarakat, Pemalang.

Kue tradisional ini bukan hanya sekadar makanan, melainkan ada simbol atau makna yang telah diwariskan turun-temurun.
Kue sejenis apem yang terbuat dari tepung beras, ragi, dan santan ini, memiliki rasa manis gurih yang khas.

Menurut Sutiah (65 ) pedagang satu -satunya kue Cukit di pasar Bojongbata warga kelurahan Kebondalem, Kecamatan Pemalang kota, ada makna mendalam yang diyakini masyarakat di balik munculnya kue Cukit pada hari ke -21 sampai 29 Bulan puasa.

” Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh ampunan, dimana orang yang melaksanakanya dengan ikhlas, memasuki hari ke – 21 sampai 29, mungkin saat dicabutnya ( dicukiti/jawa) Dosa dosa orang yang melaksanakan puasa,” tutur Sutiah, pada Selasa ( 25/3 ).

” Hal ini masih kemungkinan mendorong masyarakat pada jaman dulu disimbolkan dengan pembuatan kue Cukit di hari hari menjelang berakhirnya bulan puasa, itu menurut cerita orang’tua jaman dulu ” tutupnya.

Proses pembuatan kue Cukit membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Adonan yang telah jadi kemudian dikukus hingga matang, Setelah dingin, kue Cukit dimasukan ke kantong plastik kecil siap dijual dengan harga antara Rp.10 rb – Rp.20 ribu.

Sementara itu ditilik dari khasanah budaya Masyarakat jawa khususnya, menurut Unggul Sugiharto ( 50 ), Seorang penikmat kuliner yang juga mengajar di salah satu perguruan tinggi di kota Tegal mengatakan, Kue Cukit khas Pemalang, secara kontekstual merupakan khasanah warisan budaya tak benda. Hal ini menunjukkan kekayaan kuliner kota berjuluk Pusere Jawa ini, Pada konteks Gastronomi menujukkan sebagian besar kandungan, karbohidrat, gula dengan cita rasa manis gurih. Tentu ini menjadikan ciri khas rasa.

” Sisi lainnya adalah kue ini keluar tanggal setelah 21 ramadhan atau Likuran, secara sederhana bahwa kue cukit menyimbolkan manis gurihnya ibadah puasa menjelang idul fitri,” terangnya.

Kini kue Cukit yang menerangkan berbagai Aspek kehidupan manusia terutama Masyarakat Jawa dan berbagai kue Tradisional Simbolis lainya sudah tergerus pelan oleh perubahan Jaman, tergantikan oleh gempuran kuliner impor manca negara, dimana baik nama ataupun rasa Konsumen acapkali minim merasakan kenikmatanya, apalagi sarat maknanya.( Ragil)

Reporter: Redaksi Jakarta