Ngawi,kabarmetro.co,
Kisah Guru Honorer di Kabupaten Ngawi Jawa Timur rupanya hampir mirip dengan lagu dari penyayi balada terkenal Iwan fals yang berjudul Guru Oemar Bakri, dimana dalam salah satu bait lagunya tertulis Gaji Guru Oemar Bakri sering dikebiri,
Cerita Guru Honorer di Ngawi yang bertempat tinggal menyatu dengan Kandang Kambing miliknya, serta gaji bulanan sebagai Guru honorer yang cuma Rp 350 Ribu sebulan, menjadi miris dibaca banyak orang.Cerita miris Seorang Guru honorer di tanah air seolah tak pernah berujung.
Cerita pilu seorang guru honorer asal kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur baru baru ini menjadi sorotan dan menyita perhatian publik, betapa tidak?Guru honorer yang bernama Sri Hartuti ini, bersama keluarganya tinggal menyatu dengan kandang kambing miliknya.
Sri Hartuti tinggal di rumah yang hanya berlantai tanah dan menyatu dengan kandang kambing bersama suami dan ketiga anaknya.
Dinding rumahnyapun hanya terbuat dari anyaman bambu, tak heran jika banyak terdapat celah-celah menganga di beberapa sisi rumah.
Belum bau tak sedap yang menyeruak dari kandang kambing yang ada di sebelah rumahnya , juga kerap tercium dari rumah Sri Hartuti ini.
Dilansir Kompascom, Sri Hartuti sudah mengabdi sebagai guru selama 17 tahun lamanya, akan tetapi mirisnya
meski sudah lama mengabdi ia masih berstatus sebagai guru tidak tetap.
Bahkan penghasilan setiap bulannya sebagai pencerdas anak bangsapun hanya sebesar Rp 350 ribu, jauh sangat dari kata cukup.
Hal tersebut membuat Sri Hartuti dan keluarganya tidak bisa memiliki rumah yang layak.Rumah berdinding anyaman bambu itupun masih menumpang di tanah milik Perhutani.
” Ini tanahnya numpang di Perhutani. Untuk memperbaiki, gaji kami tak cukup,” kata Sri Hartuti
Seperti juga yang dialami oleh Guru Oemar Bakri dalam lagunya Iwan fals, Profesor, doktor, Insinyurpun jadi, anak didik Sri Hartutipun ada yang Jadi Polisi hingga Pengusaha.
Meski hidupnya serba kekurangan, Sri Hartuti tetap semangat mengajar demi membantu anak-anak buta huruf dan putus sekolah.
Keinginan ibu tiga anak ini hanya sederhana, yakni ingin anak-anak di sekitarnya pandai.
“ Pada awal mengajar di sini, anak kelas 4 SD banyak yang tidak bisa membaca. Saya ingin anak anak di sini pandai,” ujarnya.
Semangat Sri Hartuti dalam mengajar selama 17 tahun juga banyak membuahkan hasil.
Beberapa muridnya sudah ada yang menjadi polisi, pengusaha sukses, dan ada juga yang bisa meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
” Meski keadaan saya begini, saya bangga kalau ada anak didik saya yang t lewat kesini menyapa saya.”
” Anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, pengusaha, dan banyak juga yang kuliah,” ungkap Sri Hartuti penuh bangga.
Sepert pernah
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, kondisi memprihatinkan Sri Hartuti dan keluarganya membuat Camat Karanganyar, Nur Yudhi M Arifin, menangis haru
” Saya pertama melihat langsung tanya ke kepala dusun, itu rumah apa? Kok seperti kandang kambing karena di depannya memang ada kambing,” kata Arifin saat ditemui di rumah Sri Hartuti.
Arifin mengaku baru pertama kali menemukan rumah warganya yang sangat tidak layak huni.
” Saya keliling ke sini karena persentase vaksin di kampung sini hanya 14 persen,” ucapnya.
Arifin menyebutkan, akan berusaha membantu Sri Hartuti agar bisa hidup lebih layak.
” Saya merasa jadi camat gagal, saya akan berusaha membantu sebisanya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.( Ragil)
Tinggalkan Balasan